Langsung ke konten utama

The End Of Ramadhan ( Part 1 ) - Haus Memberi

Ini maksain diri buat nulis, supaya bebas hutang. Jadi, nanti gak di tagih di yaumil akhir. :) *Ingat mati 

Cerita ini berawal dari acara buka puasa LIDA. Jadi, disana ada seorang junior yang telah menjadi tentor di salah satu bimbel ternama di kota Medan. Dia sering dipanggil dengan panggilan dimas. Iseng ngobrol, sambil ketawa-ketawa bilang ke dimas, kalau ada job bagi-bagi donk. Pada saat itu, puasa dan hampir semua sekolah libur. Waktu di jaman kuliah dulu, saya seorang pengajar freelence. Berawal dari obrolan iseng, dimas langsung bilang kalau kakak mau ada anak SMP yang masuk SMA jadi dia mau belajar untuk persiapan ujian masuk SMA. Okaylah, job diterima dan cerita pun dimulai. :D

Waktu itu saya masih mengingat jelas bagaimana keponya saya. Disetiap saya ingin mulai mengajar saya lebih senang terlebih dahulu bertanya, anaknya sekolah dimana ? orang tuanya gimana ? pekerjaannya gimana ? anaknya pintar gak ? itu adalah hal yang paling utama. Seakan - akan saya perang, mesti bawa bekal yang baik supaya menang. Nah, dari hasil kepoin dimas, ternyata orang tuanya adalah dokter. Yes, amunisi yang harus disiapkan mesti benar, maklum kali itu saya kebagian mata pelajaran Biologi. Bisa dibayangkan betapa sok patennya anak fisika ngajari biologi. hahahah 
Hari yang ditentukan hadir, Jadi jadwal saya tepat setelah jadwal dimas berakhir. Karena takut datang telat saya datang lebih cepat, sekaligus cek lokasi. Nah setelah dapat rumahnya, saya terkejut karena rumahnya besar dan pas ketika saya berada di depan rumahnya 1 mobil keluar dan yang terlihat oleh saya ada seorang ibu-ibu yang dari wajah bisa dibaca ibu ini galak. Gak pakai mikir, saya langsung tancap gas dan cepat-cepat ngambil HP. Ternyata, ada masuk message dari dimas yang menyatakan bahwa anak tersebut tidak bisa les hari ini. Okay fine, saya balik sambil menentramkan jiwa. *lebay 

Besok siang, saya datang agak telat ternayata dimas sudah menunggunya. Ketika saya masuk, ibu yang saya lihat galak menyambut dengan senyum yang manis sambil memekik nama anaknya " diqaaa" Tara, anak tersebut keluar dan sambil menyalam tangan ku dia pun bilang " duduk dulu tante, bentar ya ". Whatttsss ? Gue tante ? sambil pasang muka bodoh ngelirik dimas, dan dia pun memberi isyarat dan menunjuk dirinya oom. Yes, anak tersebut keluar sambil bilang mana enak di panggil kakak atau abang. Guek gubrak dengan alasannya . Pelajaran dimulai, Diqa Ardhani namanya. Punya dua adik yang masih gembil terus ucil lagi. Dan menit berganti jam, berjalan dengan nyaman. Hari pertama berlalu dengan baik diluar prediksi awal yang berlebihan. 

Overall, ngajar diqa itu asyik. Anak yang cukup pintar, maksudnya pintar ngeles. Saya masih ingat ketika kami berdebat dan disitu saya sangat terkejut melihat ekspresi kemarahannya. Diqa sesosok anak rumahan. rutinitasnya sekolah, pulang dan dirumah. Jangan tanyakan siapa teman mainnya, wong tetangga rumahnya saja rumahnya tutup terus. Jarak ia dan adiknya terbilang jauh, dia yang kala itu sudah tamat smp, nah adiknya itu baru akan naik kelas 2 SD sedang yang paling kecil itu perempuan dan umurnya masih 4 tahun tambah lagi ia pernah bilang seperti ini, " kami itu nunggu adik perempuan, harapannya itu putih cantik kayak kami, eh Risa kulitnya hitam jelek ". Bisa dibayangkan betapa egoisnya anak satu ini. Waktu itu perdebatan kami tentang anak-anak yang hanya diam dirumah. Saya yang berasal dari kampung, betapa indahnya "eksplore" kampung. Pulang sekolah makan, siap itu sudah mengukur jalan kampung, menyisir satu tempat dengan tempat lain. Hahaa. Nah, kalau itu dia yang mencoba mengatakan mana ada enaknya, saya bantah matang-matang dengan bahasa "dari pada anak rumahan cuma bisa nonton, cuma bisa internetan", saya lupa bahwa yang saya sebutkan adalah kelakuan hariannya. Sontak kala itu ia memukul tangan yang dekat dengan bahu sambil bilang, cuma tante satu-satunya orang yang buat diqa palak dan awas tante ya. Dan yang paling diingat adalah, bahwa setelah perdebatan sengit itu, dia selalu mencoba mencari cara bagaimana caranya mengalahkan saya dan terkadang acap kali saya yang jauh lebih dewasa jadi lebih anak-anak karena gak mau kalah juga. haha


Hai Diqa, Semoga bisa semakin dewasa. Semoga bisa gantikan papa jadi dokter anastesi, terus bisa benar-benar jadi abang untuk Riza dan Risa. Sama satu lagi tante tunggu kamu mendarat di Bulan haha :p :).  


Di akhir pertemuan, masih ingat sekali mamanya ngomong. Nanti SMA, diqa diajar lagi sama kakak ya. Terus dimarahi aja kalau dia banyak mainnya. Terus saya minta maaf ya kalau selama ngajar, ada kejadian yang tidak menyenangkan. Dengan ramahnya ia memeluk dan mendekap like my mom. Oh ibukkkk, maafkan atas penilaian di awal waktu lalu. :'( 

Meski sederhana, semoga bermanfaat !!

Disaat semua orang bertanya pada saya, kenapa kok gak cari pekerjaan yang lebih menjanjikan lagi sal ? atau kenapa gak jadi pengajar institusi aja ? emang gajinya cukup ?
Kalian tau, apa kebahagian yang saya dapatkan selain materi yang saya rasa sudah berlebih bagi saya yang masih single, saya mendapat keluarga baru. Di setiap anak yang saya ajarkan selalu mendapat perlakuan yang luar biasa. Benar memang kata allah, bahwa derajat orang berilmu itu setingkat di atas. Kalian tahu, bahwa kepuasaan batin itu sulit dicari. Pelukan hangat dari seorang ibu sambil berkata ajarkan lagi anak saya itu adalah hadiah yang luar biasa. Kenapa gak diinstitusi ? karena mengikat. Saya sendiri tidak memiliki banyak waktu, saya takut tanda tangan kontrak dan saya takut bila nanti pada akhirnya akan menimbulkan masalah baru bagi saya yang akan melanjutkan study. Masalah gaji ? kalian mau tahu, saya mampu menghidupi diri sendiri dan mampu membelikan ayah ibu untuk dikenakan ketika lebaran. waktu ? kalian bercerita tentang waktu, satu anak itu saya hanya mengajar 2 jam. jadi bayangkan kalau sehari itu 24 jam. kalau sehari aja saya ada 3 anak didik dengan hasil minimal 150/ hari . coba dikalikan saya mengajar seminggu itu ada 5 kali. dan coba dikalikan dalam sebulan. Dan coba dihitung berapa hasil yang saya dapatkan ? tapi sehari saya hanya menghabiskan waktu 6 jam diluar. Nah, sekarang yang dibayar mahal siapa ? :p. Belum lagi amal jariah yang terus dihisap walau saya sudah tiada, dan ingat, bahwa ilmu semakin dibagi semakin banyak yang kita miliki. Ilmu yang semakin di asah akan semakin tajam. Bayangkan, betapa pekerjaan yang dilirik oleh kebanyakan orang tak pernah menjanjikan tapi bagi saya itu pekerjaan dunia akhirat. Ketika telah cinta seakan buta, mungkin begithulah sekiranya. Pekerjaan yang gak pakai modal besar, karena saya pikir tidak mesti bergelar tinggi untuk memberi dan berbagi. 

Mungkin beginilah, dianggap bagian dari keluarga pula :)

Hai, bukankah ini bulannya berbagi. Semoga Allah menghitung sebagai Amal jariyah. Semoga Allah selalu mempermudah jalan untuk tetap terus berbagi. Siapapun nanti dia yang akan mendampingi, semoga dicukupkan rejekinya untuk bersama membangun satu lembaga berbagi. Ya, Lembaga yang didalamnya terdapat banyak orang yang haus memberi. Seperti saya yang haus memberi dan ikhlas berbagi apa yang dimiliki. Bukan kah berbagi yang dianggap berharga adalah satu kewajiban. Dan bagi saya, Ilmu lah yang berharga yang saya miliki.

Ilmu itu, 
Dikunjungi, bukan mengunjungi,
Didatangi, bukan Mendatangi ( Imam Malik Bin Anas )


Salam pengajar Freelence yang Kece

SalVina si Haus memberi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Ponorogo

Kalian pernah bertemu dengan seseorang yang sangat menginspirasi ? Apa ? Belum ? hahah. Berarti kalau githu, saya duluan. Maksudnya saya duluan bertemu dengan orang yang seperti itu tak kurang dari 30 hari. Eitss, ini bukan 30 hari mencari cinta, namun ini 30 hari mencari jati diri dengan tujuan luhur menjadi manusia yang hakiki dengan kepribadian yang tinggi :))) *Tampang kece :)  30 hari terakhir ini, saya sangat bersyukur. Dikelilingi oleh orang-orang yang luar biasa. Terkadang saya suka mikir, bahwa diri ini selalu jauh dari syukur nikmat. Ingin rasanya, mengulang ke waktu lalu dan manarik kembali kata-kata yang penuh dengan kepesimisan setelah bertemu dan berada pada lingkaran yang luar biasa ini. Terlalu banyak intro, takutnya jadi gak penting terus nambahin dosa para reader karena bersumpah serapah pada tulisan gak penting ini !! *Tampang kece lagee :))) Beberapa hari yang lalu, salah satu dari mereka sebut saja namanya melati. Eh salah dink, Namanya Trisna Ari Rosinta

Post Paksaan #Eh

Dapat mention dari nyonyah yang kini berbeda pulau :p, Kata nyonyah, suruh tulis 17 resolusi baru di 2017, tapi saya lelah mikir resolusi. Saya mah siapa, Ngejalani sesuai norma yang berlaku aja sudah syukur, boro-boro mikir resolusi, Hidup sudah berat nyah !! Ditambah tugas dari nyonyah jadi tambah berat. hahaha Setelah beradu pendapat sengit, bersama nyonyah dan tuan diputuskan kalau diganti dengan 17 fact about me, terus di screenshoot di I.G setelah itu mention orang yang diinginkan. Pertama, saya tak ingin me-mention karena tak ingin di-mention :p. Deadline 2 hari setelah mention untuk pem-blogger amatiran kayak sayah adalah tenggang waktu sekarat urat nadi *lebay. Tapi nyonyah dan tuan suka maksa, mention tidak berkesudahan, dari pada punisment mending ditulis aja apa maunya. Ini pernyataan gak penting yang gak perlu dibaca seharusnya :p 17 fakta Unik Sally !!  Mari Di Mulai .. Nama saya Sally Irvina Ritonga lahir di padang dan hasil persilangan gen bapak Iriansyah

Hari #1

Saya kira, menikmati makanan enak itu adalah hak bagi segenap manusia yang ada di muka bumi. Jangan takut kalau mau makan, jangan sok kayak model papan atas yang mewajibkan punya ukuran badan yang minimalis supaya indah di pandang. Tapi kan gak semua manusia punya tuntutan yang seperti demikian, contohnya saya ! kwkwkw  Bisa makan dengan nikmat, selain butuh uang untuk menyediakan hal tersebut kita juga butuh dana untuk merawat tubuh supaya tidak sakit. Coba bayangkan, andai tersedia jejeran makanan yang lezat nan nikmat kalau kita sendiri tidak dalam keadaan baik misal demam, meriang, menggigil bisa di pastikan makanan nikmat tersebut tiada artinya.  Nah, sekarang coba lagi diperhatikan setelah uang dan kesehatan, saat menikmati juga butuh teman biar bumbu di makanan yang tadinya kurang garam sedikit, atau kurang micin sedikit jadi makanan sempurna yang ketika di telan. Bak katanya, teman yang mendampingi itu seperti micin alami ciye ciye ciye  1. Uang  2. Kesehatan  3. Teman  Terakhi