Langsung ke konten utama

E I D O - Part 3 - Kikoku

Seperti yang saya sampaikan dipost sebelumnya, kami sekeluarga lebaran di Kuala Simpang. Alasannya, kakak pertama saya dimalam pertama lebaran sudah harus dinas. Ya, kakak saya salah seorang bidan di Rumah sakit kabupaten. Di rumah sakit itu gak ada cerita libur, karena sistemnya itu shift. Jadi, kalau mau ya cuti atau ganti dengan orang lain, Tapi siapa coba yang mau ganti. Kalau di Aceh hampir semua pegawai di rumah sakit itu muslim, jadi semuanya mau lebaran siapa coba yang mau ganti. haha

Okaylah, jadi kami "Kikoku" di H+4. Kikoku adalah bahasa jepang dari kata "Mudik atau Back to Hometown". Sebenarnya, tahun ini itu mau family gathering di Berastagi, jadi janjian ketemuan di Medan. TApi, karena ada erupsi sinabung semuanya pada mundur dan kami di suruh pulang ke siantar. Jadi, ngumpulnya ke siantar. Alhamdulillah, kali ini family gatheringnya dadakan. Sebenarnya cuma saya saja yang niatan mau ekxplore Kebun Teh Sidamanik. Jadi rencananya mau naik motor aja perginya karena cuma sekitaran 1 jam lebih dari siantar. Tapi, Bou bilang sudah pergi ajalah semua ke sana. Niatan cuma ama sepupuan yang seumuran jadi pergi semua. Tapi akhirnya gak jadi eksis di Kebun Tehnya, Karena tujuan utamanya itu Tiga Ras. Tiga Ras juga bagian dari danau Toba . Tempatnya asyik. Masih bersih, walau akses jalannya gak sebaik akses jalan ke Danau Toba. Well, namanya juga ngumpul keluarga gak ada yang gak enak kan. Tapi, sebelumnya masak-masaklah dulu, buat bontto untuk dihajar disana. Kali ini selama perjalanan gak da saya dokumentasikan. Dokumentasi yang ada hanya di TKP saja. Kami masuk di Pantai Ardhana Tiga Ras, tempatnya enak. Gak ada binatang yang berkeliaran, terus fasilitas ibadah seperti mesjid bersih dan besar sama satu lagi ada Keyboardnya jadi bisa nyanyi gratis. haha

Oh ya, sebutan untuk keluarga besar kami adalah " Gerobak China Pasir ", mengapa ? Gerobak pasir itu adalah " Gerombolan Batak Susah di Usir " kenapa ada chinanya ? karena anak nenek itu ada yang nikah sama peranakan china dan jawa, jadi kan gak hanya batak - china juga ada di keluarga kami. Oh ya, kali ini juga yang pergi cuma 3 anak nenek aja. Dua keluarga anak nenek yang di tebing dan satu keluarga anak nenek di Medan gak ikut. Tapi, walau cuma tiga keluarga, tetap aja riweh. hahah

Ini, kami Gerobak China Pasir di lebaran 1436 H :
Disalah satu view di Pantai Ardhana 
Ini Salah satu cicit nenek yang jelas kali Chinanya. Pufuy biasa ia disapa

Flying Fish
Reyhan tampak belakang
Menyantap Bontot
Fannia, She is my Niece
Me dan sepupu sebayaan *Vina jilbab Putih corak*
Andri sang juru kamera dadakan
Dilla, Selalu Terdepan ! Miss Rempong kami ;p *Anak pertama kak winda*









Setelah tragedi terjadi, haha *Note : Saya jelaskan di bawah






Kakak saya *baju orange* dan Vina



Ibu saya yang jilbab Hitam bersama Kak butet

Saya yang jilbab biru tua, Lets go bang !!









Tertawa itu saat, kita di atas namun melihat orang lain susah untuk naik #Banana Boat
Tadi di caption salah satu photo di atas, ada saya sebutkan TRAGEDI. What ? Pasti donk, setiap perjalanan menyisakan kenangan manis yang tak terlupakan. Sama seperti perjalanan kami hari ini, kenangan itu masih terekam jelas dibenak saya, bagaimana pada akhirnya saya bisa menyaksikan ekspresi dari seorang kakak sepupu yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Hahaha
Dia biasa di panggil Kak winda, Ibu dari 3 anak yang super duper. Super riwehnya, super kelakuannya tapi juga super kecenya.:D. Agaknya kak winda bisa disebut seperti cerminan ibu-ibu muda yang hidup di era teknologi canggh dan agaknya pula berkat teknologi itu pula segala bakat dan kemampuan yang ada di dalamnya dapat di eksplore. Nah, dari hobinya yang satu inilah terjadi tragedi tersebut. Namanya liburan, pasti sebisa mungkin kita akan mendokumentasikan wajah kita di tempat-tempat dengan latar yang baik pula. Saya rasa hal itu adalah lumrah, tidak ada hal yang tabu saya pikir. :p Seingat saya, kami sampai di Pantai Ardhana itu sudah memasuki waktu Ashar, jadi sebagian orang tua Sholat dan kami menyantap bontot yang telah dipersiapkan. Saya rasa itu hal yang biasa dilakukan orang-orang kebanyakan. Setelah mengisi perut yang keroncongan, mulai suara anak-anak sorak sorai meminta untuk langsung berjebur menikmati segarnya air danau Toba kala itu. Dan bagaimana dengan kami ? Kami juga segera mengambil posisi yang cantik sebagai kenangan dengan persiapan per-eksis-an dunia maya. Ya, siap-siap buat update di Instagram atau facebook atau Path dan sejenisnya lah. Sama seperti kami, Kak Winda juga melakukan hal yang sama. Tak kerap dengan hoby nya itu *dibaca tetap mau eksis* dia sering mendapat sorakan dari kami walau kami tau itu kakak kami sendiri. hahah. Kala itu abang sepupu saya Andri didaulat menjadi photografer dadakan. Mulai satu persatu mengambil posisi untuk di cekrek. Dan tibalah giliran kak Winda, Dia mengambil posisi tepat dimana gambar di atas. Saya menjadi saksi mata yang juga berada di antara mereka kala itu. Saya mendengar instruksi dari sang juru kamera untuk mundur, namun tanpa di sadari lantai tempat berpijak kak winda itu Licin dan ia pun tergelincir. Okay, hasilnya semua mata tertuju padanya dengan begitu banyak sorakan menertawakan atau bahkan mengumpat dengan bahasa "tu kan rasakan, Tahankon". Namun kala itu kak winda hanya tertawa dan bangkit lalu berdiri, dan hanya mengeluhkan bagian dari bokongnya sakit akibat tergelincir. Tapi hal tersebut tak membuatnya jera, hingga terciptalah photo di atas. Dan akhirnya kak winda harus menerima kenyataan pahit, bahwa Handphone yang berada di genggamannya *iphone 4* retak. Ia yang baru menyadarinya, langsung memperlihatkan pada saya yang tepat berada di sampingnya. Sayangnya kala itu saya tidak memegang Hp, jadi tidak bisa mendokumentasikan wajahnya yang kala itu seperti Caleg yang kalah di pemilu, sedih banget. Apa yang terjadi setelah itu ? Bukan kata penyemangat yang keluar dari kami yang ada malah kebalikan yang terjadi. Tertawaan dan kata-kata hinaan dan lain sebagainya yang akhirnya malah menumpuk kemalangan kak winda hari itu. haha Seperti kata pepatah, Bukan "The End" kalau tidak indah, Sama seperti kak winda, Setelah semua tragedi itu terjadi ia masih bisa menikmati wahana yang tersedia bersama kami mulai dari  flying fish, Banana Boat dan yang paling keren adalah menjadi penyanyi dadakan untuk mengisi suara di keyboard yang tersedia di Pantai Ardhana. So, Lets Go to be Happy !! *Goyang Dumang, Tarik kang !!! 

Seperti inilah penampakan hasil dari tragedi itu *Ini photo dari mbah google, karena kemarin gak di dokumntasikan
Seperti yang di sampaikan oleh Brad Henry :  "Families are the compass that guide us. They are the inspiration to reach great heights, and our comfort when we occasionally falter". Feelings of worth can flourish only in an atmosphere where individual differences are appreciated, mistakes are tolerated, communication is open, and rules are flexible -- the kind of atmosphere that is found in a nurturing family. Yes, We are Nurturing Family :) :)

 
Sepenuh cinta, Cucu ke - 19 dari Alm R. Ritonga dan Almarhmah Hj Poniyem 


Sally Irvina Ritonga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Ponorogo

Kalian pernah bertemu dengan seseorang yang sangat menginspirasi ? Apa ? Belum ? hahah. Berarti kalau githu, saya duluan. Maksudnya saya duluan bertemu dengan orang yang seperti itu tak kurang dari 30 hari. Eitss, ini bukan 30 hari mencari cinta, namun ini 30 hari mencari jati diri dengan tujuan luhur menjadi manusia yang hakiki dengan kepribadian yang tinggi :))) *Tampang kece :)  30 hari terakhir ini, saya sangat bersyukur. Dikelilingi oleh orang-orang yang luar biasa. Terkadang saya suka mikir, bahwa diri ini selalu jauh dari syukur nikmat. Ingin rasanya, mengulang ke waktu lalu dan manarik kembali kata-kata yang penuh dengan kepesimisan setelah bertemu dan berada pada lingkaran yang luar biasa ini. Terlalu banyak intro, takutnya jadi gak penting terus nambahin dosa para reader karena bersumpah serapah pada tulisan gak penting ini !! *Tampang kece lagee :))) Beberapa hari yang lalu, salah satu dari mereka sebut saja namanya melati. Eh salah dink, Namanya Trisna Ari Rosinta

Post Paksaan #Eh

Dapat mention dari nyonyah yang kini berbeda pulau :p, Kata nyonyah, suruh tulis 17 resolusi baru di 2017, tapi saya lelah mikir resolusi. Saya mah siapa, Ngejalani sesuai norma yang berlaku aja sudah syukur, boro-boro mikir resolusi, Hidup sudah berat nyah !! Ditambah tugas dari nyonyah jadi tambah berat. hahaha Setelah beradu pendapat sengit, bersama nyonyah dan tuan diputuskan kalau diganti dengan 17 fact about me, terus di screenshoot di I.G setelah itu mention orang yang diinginkan. Pertama, saya tak ingin me-mention karena tak ingin di-mention :p. Deadline 2 hari setelah mention untuk pem-blogger amatiran kayak sayah adalah tenggang waktu sekarat urat nadi *lebay. Tapi nyonyah dan tuan suka maksa, mention tidak berkesudahan, dari pada punisment mending ditulis aja apa maunya. Ini pernyataan gak penting yang gak perlu dibaca seharusnya :p 17 fakta Unik Sally !!  Mari Di Mulai .. Nama saya Sally Irvina Ritonga lahir di padang dan hasil persilangan gen bapak Iriansyah

Hari #1

Saya kira, menikmati makanan enak itu adalah hak bagi segenap manusia yang ada di muka bumi. Jangan takut kalau mau makan, jangan sok kayak model papan atas yang mewajibkan punya ukuran badan yang minimalis supaya indah di pandang. Tapi kan gak semua manusia punya tuntutan yang seperti demikian, contohnya saya ! kwkwkw  Bisa makan dengan nikmat, selain butuh uang untuk menyediakan hal tersebut kita juga butuh dana untuk merawat tubuh supaya tidak sakit. Coba bayangkan, andai tersedia jejeran makanan yang lezat nan nikmat kalau kita sendiri tidak dalam keadaan baik misal demam, meriang, menggigil bisa di pastikan makanan nikmat tersebut tiada artinya.  Nah, sekarang coba lagi diperhatikan setelah uang dan kesehatan, saat menikmati juga butuh teman biar bumbu di makanan yang tadinya kurang garam sedikit, atau kurang micin sedikit jadi makanan sempurna yang ketika di telan. Bak katanya, teman yang mendampingi itu seperti micin alami ciye ciye ciye  1. Uang  2. Kesehatan  3. Teman  Terakhi