Ada sebuah keluarga kecil memiliki satu anak laki-laki tunggal. Di setiap pagi sang ayah berdoa untuk keselamatan dirinya, istri dan anaknya. Setiap pagi pula ia selalu memasrahkan segala cerita yang indah kepada Tuhan. Sampai pada akhirnya, satu tragedi terjadi bahwa selepas pulang sekolah anak tunggalnya tersebut mengalami kecelakaan yang merenggut dua bola matanya.
Rasa kalut dan sedih menggelayuti perasaan orang tuanya, perasaan marah terhadap Tuhan pun tak pelak menghampiri diri mereka sebagai orang tua. Akhirnya, sang anak tak pernah mengenyam pendidikan. Untuk mengisi kekosongan harinya, sang anak dengan sabar mempelajari secara perlahan, setahap demi setahap piano yang ada di rumahnya. Benar, di dalam rumahnya yang cukup sederhana ada sebuah piano tua peninggalan kakeknya, yang tidak laku-laku di jual. Dengan sabar sang anak mempelajari not-not piano dalam keadaannya yang kurang saat itu.
Tiba saatnya sang anak dewasa, ia tumbuh menjadi pianis yang disegani orang banyak karena kemmpuannya dalam keterbatasan yang ia miliki. Ia mampu menghidupi diri dan keluarga yang dengan keahliaanya. Drastis ekonomi kelurga meluncur kejajaran atas. Sampai pada akhirnya, salah satu stasiun televisi swasta hendak mewawancarai ia dan kedua orang tuanya. Wawancara dimulai hingga pada akhirnya ada satu pertanyaan bagaimana perasaan kedua orang tuanya ? Sama seperti yang dahulu, mereka tetap marah pada tuhan akan takdir anak laki-laki tunggalnya. Ayah dan ibu nya mulai menuturkan, bahwa sang anak adalah anak yang berprestasi di sekolah, nilainya baik dan memiliki kemampuan yang lebih dibanding anak-anak lainnya. Mereka bersusah payah menyisihkan uang penghasilannya untuk membayar uang sekolah sang anak, menggantungkan semua cita dan harapan yang besar pada sang anak. Namun tuhan merenggut matanya dan menghapus keseluruhan keinginan kami, Semacam begitulah silih berganti sang ayah dan ibu bergumam akan kekecewaan terhadap Tuhan.
Lantas, bagaimana dengan sang anak ? Iya yang mendengarnya hanya tersenyum. Ia berkata inilah jalan yang terbaik dari Tuhan untuk membuat hidup keluarga kami berubah. Seperti yang dahulu di ajarkan oleh orang tua saya, bahwa setiap kehidupan kita hendaknya semua berpasrah pada Tuhan yang Maha Kuasa. Mungkin kalau dulu tuhan tidak mengambil mata ku, Ayah dan ibu ku hanya makan sehari sekali karena sibuk menyisihkan uang untuk biaya sekolah ku, Kehidupan kami juga mungkin lebih morat-marit karena tiada yang mampu kebahagiaan keluarga kami. Tapi dengan jalan seperti ini Tuhan memberikan sesuatu yang indah, diluar prediksi dan diluar rencana saya. Sang anak menuturkan, sehari setelah kejadian pada malam harinya ia bermimpi, sama seperti ayah dan ibunya ia juga tak terima dengan takdir yang digariskan tuhan untuknya. Namun, dimalam itu ia bermimpi bahwa Tuhan telah menjanjikan yang indah selepas usaha yang keras yang kami lakukan. Sejak saat itu saya berserah kepada Tuhan, dan saya bahagia karena sejak saat itu pula tak pernah ada kata sesangsara dalam diri saya walau tak mampu melihat sekalipun. Karena, janji tuhan itu pasti, sedang manusia mungkin hanya [ barangkali ].
----
Lantas, bagaimana dengan sang anak ? Iya yang mendengarnya hanya tersenyum. Ia berkata inilah jalan yang terbaik dari Tuhan untuk membuat hidup keluarga kami berubah. Seperti yang dahulu di ajarkan oleh orang tua saya, bahwa setiap kehidupan kita hendaknya semua berpasrah pada Tuhan yang Maha Kuasa. Mungkin kalau dulu tuhan tidak mengambil mata ku, Ayah dan ibu ku hanya makan sehari sekali karena sibuk menyisihkan uang untuk biaya sekolah ku, Kehidupan kami juga mungkin lebih morat-marit karena tiada yang mampu kebahagiaan keluarga kami. Tapi dengan jalan seperti ini Tuhan memberikan sesuatu yang indah, diluar prediksi dan diluar rencana saya. Sang anak menuturkan, sehari setelah kejadian pada malam harinya ia bermimpi, sama seperti ayah dan ibunya ia juga tak terima dengan takdir yang digariskan tuhan untuknya. Namun, dimalam itu ia bermimpi bahwa Tuhan telah menjanjikan yang indah selepas usaha yang keras yang kami lakukan. Sejak saat itu saya berserah kepada Tuhan, dan saya bahagia karena sejak saat itu pula tak pernah ada kata sesangsara dalam diri saya walau tak mampu melihat sekalipun. Karena, janji tuhan itu pasti, sedang manusia mungkin hanya [ barangkali ].
----
-------
Cerita di atas saya kutip dari group sebelah, seperti salah satu kalimat Ust. Salim A Fillah di salah satu sub bab bukunya " Lapis-Lapis Keberkahan " -- >> Salah Rancang dan Keliru Cetak. Kita memang selalu merasa kecewa atas setiap yang kita inginkan tak diberikan oleh tuhan. Malah terkadang tuhan memberikan hal yang terburuk yang tak pernah kita bayangkan sekali pun.
Kalau Cicak mampu menjerit ia juga akan berkata " Tuhan, engkau telah salah rancang dan keliru cetak " Mengapa ? Coba bayangkan dengan tubuhnya yang kecil, kemampuannya yang cukup terbatas, berjalan secara perlahan menyusuri dinding satu dengan yang lain. Namun, tuhan menyiapkan makanan untuknya semua binantang yang memiliki sayap yang bisa hinggap kemana-mana. Kalau cicak memiliki sifat seperti manusia yang suka nelangsa, pasti ia akan bergumam " Ya tuhan, mangsa ku memiliki sayap dan mampu terbang kemana-mana, apa yang dapat aku makan ? Bagaimana cara ku untuk tetap hidup diantara peliknya mencari mangsa ".
Tak tega di tangkap ;p |
Tapi, ingatkan kita bagaimana para orang tua saat dahulu mengajarkan lagu " cicak - cicak di dinding ", Nah bahwa tugas cicak hanyalah berikhtiar dengan keterbatasan yang ia miliki. Rizki itu milik tuhan, dan tuhanlah yang akan menjamin. Maka kewajiban cicak hanyalah " Diam-diam merayap ", jadi bukan cicak yang harus bawa golok, kelewang atau jaring-jaring. " Datang seekor nyamuk " Maka tuhanlah yang maha segalanya, yang maha pengasih lagi maha penyayang , dan ia pula yang menjadikan jalan sebagai karunia untuk umatnya amatlah mudah.
Maka, bilalah ikhtiar cicak tersebut hanya berdiam mendapat seekor nyamuk yang terbang kesana kemari namun pada akhirnya ia mendekati si cicak dan menjadi mangsa, Allah lah yang maha pemberi rezeki. Tuhan yang maha pengatur, ia mengatu cicak dan nyamuk untuk saling berdekatan yang pada mulanya berjauhan. Allah yang maha adil, dan tak ada yang mampu menyamainya. Maka diakhir saya tutup dengan kata yang juga ditulis oleh ust Salim A fillah di bagian " Cicak-cicak di dinding dan keyakinan Ituh " -- >> '' Ia tertakdir dengan bahagia, menjadi rezki bagi sesama makhlik-nya, sesudah juga menikmati rizki selama waktu yang ditentukan oleh-nya ".
Segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam, yang menjadikan manusia lengkap dengan masalahnya namun disaat itu pula ia membrikan pemecah masalahnya. Kalau nelangsa itu sifat manusia adanya, maka lengkapi sifat itu dengan " bahwa tuhan tak akan memberi lebih, jikalau manusia tak mampu menerima lebih, selarasa dengan tak kan tuhan melampaui batas yang dimiliki manusia ". Tetaplah berpikir positif, berusaha dengan sebenar-benrnya ikhtiar karena tak semua yang digariskan untuk dimiliki didapatkan dengan ikhtiar berdiam diri layak cicak dan nyamuk. Berikan kontribusi terbaik mu hingga sampai lah padamu penganugrahan dari tuhan dengan jalan indah yang diciptakan untuk masing-masing umatnya, nantikan dan resapi setiap kejadiannya, ini bukan perjanjian " Hukum Hess " yang hanya melirik awal dan hasilnya, ini perjanjian yang dimulai dengan " awal " diikuti dengan " Proses " dan di tutup dengan " Hasil ". Hingga kita berkata " Dilapis-lapis keberkahan, keyakinan yang tak lagi utuh, menambah peluh pada jalan ikhtiyar yang harus kita tempuh -- >> Ust. Salim A Fillah "
Allah mendengar dan Allah Mengetahui
Wassalam
SalVina
Komentar
Posting Komentar