Langsung ke konten utama

Postingan

DIAM AJA

 Aku seperti berbicara sendiri, ramai sekali isi kepala ini. Tapi mengapa sepi saat ramai. Otak seperti enggan untuk berpikir, sukar sekali berfungsi dikhalayak ramai, sukar sekali! Mulut ini pun lebih senang menutup dari pada bergerak sehingga tidak dapat mengeluarkan suara yang menggema di udara.  Salam takjim untuk hati yang terus bersinggungan pada hal yang tidak disukai. Gemar sekali sesak, tanpa punya penangkal yang kuat. JADI SERING RUNTUH! Coba banyakin kalimat penangkal, berulang kali di ulang tapi kayaknya sarangnya deh yang perlu diperbaiki.  Belakangan jadi lebih senang keluar, lebih senang jalan-jalan karena ternyata di sini itu memang gak enak. Gak enak aja, gak enak kali pun. Mau bilang, yoklah pergi aja. Cari jalan keluar yang baik, supaya setelah keluar gak jauh lebih buruk lagi. Gak jadi lebih sakit lagi, gak jadi lebih terjun lagi.  Coba lagi, coba lagi, coba lagi. Eh nyatanya, jadi jauh lebih terbuka hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan. Yoklah, coba lagi! eh di

Mencari Pembelaan Bertajuk Klarifikasi :p

 Alhamdulillah, satu persatu ikatan yang suka buat sesak perlahan putus :)wkwk Terus bagaimana dengan kualitas kehidupan mu, sal ? Semakin naik kelas atau plat datar atau bahkan terjun bebas ke jurang ? Astagfirullah, Semoga bisa semakin baik. Aamiin  Bercerita dengan kualtias hidup, pasti setiap orang punya standar yang berbeda. Jadi menurut awak yang baru tamat kuliah [lagi] tapi belum di wisuda wkwkw, kualitas hidup yang baik adalah: menjadi lebih baik, lebih teratur, lebih berada pada jalan yang lurus dan benar karena sebenarnya itu semua akan berpengaruh pada ketenangan hati :) Sok gaya kali memang ya kan :p. Iya, kalau hati tenang, semua pasti senang. Ketemu orang bisa senyum ramah, makan enak, tidur enak dan gak mood-ian . Ternyata setelah dipikir-pikir, dirunut-runut, dilurus-luruskan, ada yang salah pada diri ini wkwkw Jadi singkat cerita, setelah dalam hitungan 2 sampai 4 bulan kehidupan ini penuh huru hara. Malam jadi siang, siang tidak jadi malam :( Semua dipaksakan untuk

Du du du

Rasanya, Baru saja, memulai cerita yang panjang tiada ujungnya. Sepertinya, ujungnya akan jauh dari harapan, jauh dari bayangan akan berakhir bahagia. Bahagia ? Bukankah itu permintaan biasa dari manusia yang hina. Rasanya, baru saja berpikir untuk mengakhiri semua. Bukanya menjadi tempat untuk pulang, malah menjadi api yang menyebabkan semakin marak panasnya.  Pertama kali mendengarnya, bahkan sampai detik ini masih sama. Masih sama, sakitnya. Bukan, sakitnya bukan karena orang lain, tapi karena diri sendiri. Baru saja membaca, kalimat "how selfies i am '? Hope, not too late.Kalimat yang cukup menyayat. Baru saja melihat postingan bahwa ada seseorang yang menyakiti dirinya sendiri, hanya karena berkilah tidak ingin dianggap lemah. Dan bukan baru saja, pemikiran hanya berputar ke itu-itu saja.  Pertanyaan demi pertanyaan hadir, memenuhi pikiran. Terlampau banyak hal-hal yang akhirnya, membuat pikiran buruk itu marasuk. Buruk ? iya, memang buruk.  Pas, dipikir-pikir. Ah tidak,

Renungan Tepat pukul 12

Aku pikir sedang berjalan, padahal selama ini sudah berlari kencang sekali.  Setelah dirunut kembali, iya benar sudah kencang sekali kuda telah dipacu. Mulai dari pesutan lembut hingga keras sekali sampai meninggalkan luka bekas yang sulit di hilangkan.  Tapi, mengapa sering kali rasa yang timbul seolah tidak pernah berlaku keras. Mengapa ? Apakah fokus ku hanya pada hasil ? Padahal telah banyak perjalanan ini dilakukan. Apakah rasa syukur perlahan tergerus akan kerasnya hati ini ? Padahal begitu banyak hasil yang ternikmati telah digelontorkan.  Malah terkadang, banyak mndapat celetukan "Gilak ya, mantap betul sal", Atau "Mantap kali sal" atau "Ciye Sally" dan banyak lagi. Bukan kah harusnya itu sudah cukup ? cukup membuat bahagia ? Apalagi coba ? Apa karena bukan yang diharapkan ? atau kadang setan suka bisik ' ini baru remah-remah yang kau harapkan '. Bukankah, sebegitu seringnya, membaca tersirat ataupun tersurat apa yang diharapkan pasti memb

Selalu ada 'Oleh-oleh'

 Dulu kali, baru-baru tamat S-1 secara tiba-tiba pernah "RUNGSING" haha. Bisa-bisanya datang kerumah ini orang. padahal kalau dipikir-pikir  rumahnya itu jauh nya bukan main. Dan nekatnya. rumahnya belum pernah di datangi. Iya, belum pernah :p. Emang sok nya bukan main ya kan ? haha Namanya, Fitri. Perempuan asal rantau prapat yang aku kenal saat sama-sama mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Fitri bukan teman curhat, dia juga bukan teman yang dipilih untuk jalan sekedar ke mall wkwkw tapi fitri teman satu genk densus 88 haha. Fitri anak pertama dari 3 bersaudara dimana 2 saudara lainnya adalah laki-laki. Kalau ditanya kenapa fitri bukan teman curhat ? Karena kalau kita curhat, ngeluh dan lain sebagainya, sudah dipastikan ayat-ayat alquran akan terdengar lembut ditelinga namun menyayat dihati, wkwkw. Jadi, bisa paham kan alasanya, kenapa fitri juga bukan orang yang dipilih buat nongkrong kwkwk.  Namun, entah mengapa nama fitri yang waktu itu dipilih dari sekian banyak orang

Huru-Hara Hari Pertama :(

 Yang namanya 'Pertama' pasti penuh drama wkwkw Setelah, 1 tahun full kuliah diadakan secara online. Akhirnya pertemuan tatap muka pertama secara sah dilaksanakan di semester 3. Senang ? Tentu TIDAK wkwkwkw.  Eits, pada bingung mungkin :p. Ya, karena 'Si Sally pergi Sekolah [lagi]' gak banyak yang tau wkwk. Mungkin hanya orang terdekat, atau teman-teman seruangan atau sekerjaan kali yang tau. Sebagai penganut 'sat-set, sat-set' pergi kuliah [lagi] adalah satu ide fantastis yang pernah tercetus diantara rutinitas rebahan, kerjaan yang mewajibkan kehadiran senin sampai juma'at dari pukul 8 pagi sampai 4 sore, belum lagi kerjaan unfaedah nongkrong sana-sini mencari hidden place dikota yang mungkin masuk katagori metropolitan :p eh sama satu lagi rutinitas pulang kampung diakhir pekan wkwkw. Kalau ditanya apa alasannya ? MBOH . Yang sudah kenal lama dan dekat pasti tau , niat untuk melanjutkan sekolah sudah terkubur lama setelah 'peristiwa besar' mengh

Not me but once in a while its doesn't matter

Ntah mengapa, pikiran ini mengajak ku untuk membuka-buka tulisan lampau. Ntah pikiran ini, atau suasana yang membawa kesana. Ku seperti tak mampu mengendalikan diri ku sendiri, rasanya berjalan di atas rasa yang berkelit. Pikir ku, begini rasanya. Berkeliat kesana kemari namun sendiri. Ku buka halaman demi halaman di sosial media,  Ku mulai lagi cerita dengan nama-nama lama yang telah tersimpan dimemori kepala,  Ku mulai melanjutkan pekerjaan yang telah lama menjadi beban,  Tetap saja, ujung perjalanan beragam ini mengarah kesana. Ya, kesana lagi.  Baby, you dont know what it's like ? To love somebody - Bee gees  Wanita mana yang sanggup hidup sendiri di dunia ini ?  - Andy Rianto  Kan, itu bukan diri mu.  Mengunggah rasa yang terlalu berlebihan, dimana saja. Ya, bukan dirimu yang mudah menjadi konsumsi masal. Bukan itu bukan,  Tapi juga tidak diharamkan, iya tidak diharamkan :)