Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Hari #1

Saya kira, menikmati makanan enak itu adalah hak bagi segenap manusia yang ada di muka bumi. Jangan takut kalau mau makan, jangan sok kayak model papan atas yang mewajibkan punya ukuran badan yang minimalis supaya indah di pandang. Tapi kan gak semua manusia punya tuntutan yang seperti demikian, contohnya saya ! kwkwkw  Bisa makan dengan nikmat, selain butuh uang untuk menyediakan hal tersebut kita juga butuh dana untuk merawat tubuh supaya tidak sakit. Coba bayangkan, andai tersedia jejeran makanan yang lezat nan nikmat kalau kita sendiri tidak dalam keadaan baik misal demam, meriang, menggigil bisa di pastikan makanan nikmat tersebut tiada artinya.  Nah, sekarang coba lagi diperhatikan setelah uang dan kesehatan, saat menikmati juga butuh teman biar bumbu di makanan yang tadinya kurang garam sedikit, atau kurang micin sedikit jadi makanan sempurna yang ketika di telan. Bak katanya, teman yang mendampingi itu seperti micin alami ciye ciye ciye  1. Uang  2. Kesehatan  3. Teman  Terakhi

Berbahagia~lah [Repost]

 Belakangan lagi suka sekali melihat couple yang baru halal. Padahal tuh kan pasangan ini cukup anyar dikancah sosial media tapi kemarin-kemarin tu seperti tidak ada daya tariknya, hahaha Beberapa hari yang lalu, lihat snapgram adek teman ku dengan caption "Dipertsatukan kembali dengan kondisi yang sama-sama sudah lebih baik" Nah, kan kita kepolah. Sebut saja pasangan ini "Hanggini-Luthfi". Baru aja kemarin di Netflix nonton si Hanggini dengan kisah cintanya sama duda anak 1 haha. Terus kemarin memutuskan untuk follow hanggini haha.  Why sel ? why ? Bisa-bisanya haha. Menurut hamba yang matanya mengecil saat tertawa dan senyum :P, HANGGINI ini cantiknya wanita Indonesia gak sih ? Ngelihat dia makan malam setelah nikah dengan suaminya, cantik kan ya ? Apasih sel ? apasih ? Terus suaminya gimana ? keknya aku biasa aja deh haha. Ngikuti cerita dari awal ? atau mulai mencoba ngulik cerita mereka ? TENTU TIDAK. haha. Postingan ini tu, untuk membuktikan bahwa sesama wanit

Lucu Sekali Memang !

 Tuh kan, diam aja juga ada yang suka pengen tau. haha Lucu sekali-lucu sekali-lucu sekali. Kenapa akhirnya jadi lebih senang private, bahkan yang udah benar-benar private pun jadi tempat paling tidak private. haha Lucu sekali memang, ingin tertawa namun jadi lebih ingin diam saja, iya diam saja! haha. Karena ternyata diluar lebih berisik. Kadang bagi kita penulis anyar, ceile, gaya ! Suka sekali menulis tebak-tebak an, yoklah jadi lebih suka nulis yang penuh teka-teki. Lucu sekali, jadi jauh lebih terhibur daripada suara bingar diluar ! Lucu sekali memang !!

DIAM AJA

 Aku seperti berbicara sendiri, ramai sekali isi kepala ini. Tapi mengapa sepi saat ramai. Otak seperti enggan untuk berpikir, sukar sekali berfungsi dikhalayak ramai, sukar sekali! Mulut ini pun lebih senang menutup dari pada bergerak sehingga tidak dapat mengeluarkan suara yang menggema di udara.  Salam takjim untuk hati yang terus bersinggungan pada hal yang tidak disukai. Gemar sekali sesak, tanpa punya penangkal yang kuat. JADI SERING RUNTUH! Coba banyakin kalimat penangkal, berulang kali di ulang tapi kayaknya sarangnya deh yang perlu diperbaiki.  Belakangan jadi lebih senang keluar, lebih senang jalan-jalan karena ternyata di sini itu memang gak enak. Gak enak aja, gak enak kali pun. Mau bilang, yoklah pergi aja. Cari jalan keluar yang baik, supaya setelah keluar gak jauh lebih buruk lagi. Gak jadi lebih sakit lagi, gak jadi lebih terjun lagi.  Coba lagi, coba lagi, coba lagi. Eh nyatanya, jadi jauh lebih terbuka hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan. Yoklah, coba lagi! eh di

Mencari Pembelaan Bertajuk Klarifikasi :p

 Alhamdulillah, satu persatu ikatan yang suka buat sesak perlahan putus :)wkwk Terus bagaimana dengan kualitas kehidupan mu, sal ? Semakin naik kelas atau plat datar atau bahkan terjun bebas ke jurang ? Astagfirullah, Semoga bisa semakin baik. Aamiin  Bercerita dengan kualtias hidup, pasti setiap orang punya standar yang berbeda. Jadi menurut awak yang baru tamat kuliah [lagi] tapi belum di wisuda wkwkw, kualitas hidup yang baik adalah: menjadi lebih baik, lebih teratur, lebih berada pada jalan yang lurus dan benar karena sebenarnya itu semua akan berpengaruh pada ketenangan hati :) Sok gaya kali memang ya kan :p. Iya, kalau hati tenang, semua pasti senang. Ketemu orang bisa senyum ramah, makan enak, tidur enak dan gak mood-ian . Ternyata setelah dipikir-pikir, dirunut-runut, dilurus-luruskan, ada yang salah pada diri ini wkwkw Jadi singkat cerita, setelah dalam hitungan 2 sampai 4 bulan kehidupan ini penuh huru hara. Malam jadi siang, siang tidak jadi malam :( Semua dipaksakan untuk

Du du du

Rasanya, Baru saja, memulai cerita yang panjang tiada ujungnya. Sepertinya, ujungnya akan jauh dari harapan, jauh dari bayangan akan berakhir bahagia. Bahagia ? Bukankah itu permintaan biasa dari manusia yang hina. Rasanya, baru saja berpikir untuk mengakhiri semua. Bukanya menjadi tempat untuk pulang, malah menjadi api yang menyebabkan semakin marak panasnya.  Pertama kali mendengarnya, bahkan sampai detik ini masih sama. Masih sama, sakitnya. Bukan, sakitnya bukan karena orang lain, tapi karena diri sendiri. Baru saja membaca, kalimat "how selfies i am '? Hope, not too late.Kalimat yang cukup menyayat. Baru saja melihat postingan bahwa ada seseorang yang menyakiti dirinya sendiri, hanya karena berkilah tidak ingin dianggap lemah. Dan bukan baru saja, pemikiran hanya berputar ke itu-itu saja.  Pertanyaan demi pertanyaan hadir, memenuhi pikiran. Terlampau banyak hal-hal yang akhirnya, membuat pikiran buruk itu marasuk. Buruk ? iya, memang buruk.  Pas, dipikir-pikir. Ah tidak,

Renungan Tepat pukul 12

Aku pikir sedang berjalan, padahal selama ini sudah berlari kencang sekali.  Setelah dirunut kembali, iya benar sudah kencang sekali kuda telah dipacu. Mulai dari pesutan lembut hingga keras sekali sampai meninggalkan luka bekas yang sulit di hilangkan.  Tapi, mengapa sering kali rasa yang timbul seolah tidak pernah berlaku keras. Mengapa ? Apakah fokus ku hanya pada hasil ? Padahal telah banyak perjalanan ini dilakukan. Apakah rasa syukur perlahan tergerus akan kerasnya hati ini ? Padahal begitu banyak hasil yang ternikmati telah digelontorkan.  Malah terkadang, banyak mndapat celetukan "Gilak ya, mantap betul sal", Atau "Mantap kali sal" atau "Ciye Sally" dan banyak lagi. Bukan kah harusnya itu sudah cukup ? cukup membuat bahagia ? Apalagi coba ? Apa karena bukan yang diharapkan ? atau kadang setan suka bisik ' ini baru remah-remah yang kau harapkan '. Bukankah, sebegitu seringnya, membaca tersirat ataupun tersurat apa yang diharapkan pasti memb