Bagi pecinta diam, menyendiri itu sahabat kentalnya. Dulu, masih lagi menjadi warga negara sibuk, hal yang paling dirindu kan adalah menyendiri menjelang ashar hingga setelah ashar di hari jumat, di mesjid-mesjid yang sengaja di cari hari sebelumnya, nyaman untuk sekedar menyendiri.
Menyendiri bagi pecinta diam, itu seni membahagiakan diri. Disana ia dengan mudah menyemangati diri sendiri, sekedar mengambil jeda untuk sedikit bermimpi jangka panjang, dan untuk mimpi-mimpi jangka pendek yang segera terealisasikan.
Menyendiri bukan penyakit, ia hanyalah pelarian bagi orang-orang yang tak mudah berbagi. Ia bukan lah hal yang perlu dilarang, bagi mereka sang pecinta diam ini hiburan yang paling hakiki. Istilah menyendiri bukan berarti ia yang tiada siapa-siapa. Hanya saja, si pecinta diam ini sangat sukar mempercayai orang lain, ia tak percaya. Nanti kau juga mengerti.
Tadi ku katakan, Si pecinta diam tak mudah mempercayai. Berbagi itu erat dengan kepercayaan. Jadi, bisa kau bayangkan hanya orang-orang yang benar-benar yakinlah yang akan mengetahui semua hal darinya, tapi tenang itu juga tidak bisa keperoleh secarakeseluruhan. Dia harus benar-benar yakin bahwa orang tersebut memang benar-benar bisa berada di sampingnya. Itu kenapa, yang menjadi jodohnya kelak cukup besar tanggungannya.
Jodohnya, cukup hanya bisa mengisi tempat yang kosong selama ini. Cukup dengan menjadi pribadi yang mampu dipercaya, dipercaya untuk tidak menghakimi, dipercaya untuk tidak mengadili, dan dipercaya untuk benar-benar mampu menerima kenyataan setelah mendengar yanghari ini tersimpan tanpa berubah sedikitpun. Yang perlu ku ingatkan, Si pecinta diam terlalu banyak menyimpan, dan seni kenikmatan tertinggi adalah bahwa seisi antero jagat raya percaya kalau " Ia Baik-baik saja" :))
Sally
Komentar
Posting Komentar