Hai, Hallo, Apa kabar ? :D
Sudah lewat rasanya seminggu ini, ramadhan hadir.
Tapi suka bergumam sendiri, apa sudah maksimal ibadahnya ? apa sudah maksimal
doanya ? apa sudah ach apa apa dan apa ? Masih ingat kata-kata murabbi kalau
sudah masuk ramadhan, kakak tersebut suka bilang "Ramadhan itu bulan
pembelajaran, dan bulan penentuan bagaimana kita di bulan-bulan
selanjutnya". So, Ganbatte ngejalaninya semoga jadi lebih baik lagi.
Aamiin
Ceritannya teringat dengan beberapa hari sebelum
masuk ramadhan. Yah, padahal mau ngepostnya pas bertepatan dengan hari dimana
kejadian berlangsung. Ya, namanya juga manusia suka lalai, suka lupa dan paling
utama suka malas. Eits, manusia itu saya kok :D. Jadi, maafkan keterlambatan
posting atau postingan sudah basi, kalau itu mah saya persilahkan untuk para
reader yang menilai *piss*
Kuburan ? kata pertama yang terlintas pasti sepi
atau gak angker. Yah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), Kuburan
adalah tempat memakamkan (mayat); pekuburan. Yah, Kuburan atau pemakaman atau
Tempat Pemakaman Umum ( TPU) merupakan rumah abadi manusia setelah waktu hidup
di dunia sudah berakhir dan dalam kondisi yang sangat biasa daerah ini sepi dan
terkadang lebih banyak angkernya. Pemikiran Sally kecil, kuburan itu tempat
hantu-hantu jadi gak perlu di datengi ntar ada yang gentayangan terus ngikut
sampai ke rumah dan ngawani tidur. Ach, memang sedari kecil sudah tampak
imajinasi alaynya. wkwkwk
Namun berbeda apabila Ramadhan tiba, Kuburan
dipenuhi dengan para peziarah sampai-sampai kadang peziarah lebih banyak dari
pengunjung Mall-Mall besar wkwk, Khususnya untuk kota besar seperti Medan.
Ceritanya sebelum saya kembali ke kota Perantauan, Ibu saya sudah berulang kali
untuk mengingatkan jangan lupa berziarah ke kuburan Oma *Oma adalah ibu dari
ibu saya*. Jadi, setelah mengikuti Ujian yang selalu saja menghampiri di sabtu ceria, saya pergi untuk
menunaikan tugas dari ibu dan tanda bakti cucu pada neneknya. *Sedaap*
Sebenarnya saya tidak tahu pasti mengapa sebelum
menyambut ramadhan kita kuduk ziarah dulu. Tapi ntah itu tradisi di keluarga
saya atau bagaimana namun satu hal yang pasti saya selalu melakukan kegiatan
itu dari kecil. Sesuai dengan yang saya pahami, berziarah itu bertujuan untuk
mengingatkan kita bahwa hidup di dunia hanya sementara ringkasnya biar kita
tetap kuduk ingat dengan yang namanya MATI !! Setelah googling keberapa link
juga gak nemu alasan yang syar'i mengapa wajib berziarah, sebelum atau sesudah
ramadhan. Tapi kalau dulu ditanya alasan mengapa mesti berziarah sebelum dan
sesudah ramadhan konon katatanya sebelum ramadhan orang - orang yang sudah
mendahului kita datang berkunjung kerumah setelah itu katanya kalau dilihatnya
anak cucu keturunan gak ada yang ingat dengan mereka, mereka sedih. Jadi, kita
mesti datang supaya mereka gak sendiri, begitu dongeng yang diceritakan Alm
Nenek ketika saya kecil dulu. Jadi, bisa disimpulkan itu kewajiban akibat
tradisi. Saya pun tidak pernah memahami mengapa Nenek ketika itu mengungkapkan
alasan demikian. Tapi satu yang saya pahami, maksud nenek mungkin supaya saya
tidak lupa untuk mendoakan para yang terdahulu.
Apapun alasannya, Sore sabtu
saya telah mendarat di makam Oma. Beberapa dari orang sekitar juga sudah banyak
yang menganali saya. Oma di makamkan di Medan, padahal kami sendiri tidak ada
yang menetap di Medan. Dulu sebelum Oma meninggal, iya berpesan pada ibu
"Di mana bumi di pijak, Di situ langit di jinjing". Jadi, ketika
detik-detik Oma meninggal, iya sedang berdomisili di Medan dirumah ponaannya
setelah itu sakit dan wafat. Dan akhirnya makamnya terpisah dari dimana kami
tinggal. Alhamdulillah, sore panas kala itu yang sangat sengat menggelayut bumi
Medan dan taraaa sampai di pemakaman umum daerah Halat yang saya rasa pemakaman
tersebut pemakaman terbesar di Medan, suasananya luar biasa seperti berdiri di
Mall-Mall besar, Ramai tenan rek *fuih*
suasana disekitaran makam oma |
Sepanjang perjalanan menuju
pemakaman umum tersebut, ntah apa yang dirasa. Namun yang pasti, sampai di
kuburan saya salah markir *jroji* mungkin karena terlalu ramai haha. Sebenarnya
tidak pun menyambut ramadhan saya sering kesana, apalagi hari jum’at atau
apalagi kala rindu bersemi terus galau haha. Mungkin karena itu pula, orang
yang berada di sekitar pemakaman bisa dengan mudah mengenali dan mereka juga heran
mengapa aku markir di tempat yang tak biasanya. Waktu sampai di pemakaman aku
bingung, bingung banyak orang, tambah lagi banyak sekali orang yang berjualan
di sana, entah itu berjualan bunga ataupun air bunga untuk disiram di atas
kuburan sampai penjualan makanan yang bersusun rapi di pinggir pemakaman tempat
biasa memarkirkan kendaraan. *fuih*
Setelah melompati parit
kecil, dan melongok kenapa ni papan nisan berubah nama *tuingtuing* yah,
kepeleset guek salah euy. Jalan dikit dan sampai lah dikuburan yang emang
dicari tapi sama segerombolan anak-anak SD yang mengais rejeki untuk beli baju
hari raya kali yak. Dengan dialog bataknya mereka rebutan “udahlah aku aja yang
di sini, ramai kali ini udah. Kalian pergi aja cari yang lain, iyakan kak ?
*sambil negelengos ke muka guek. Dalam hati kala itu, ‘’hai, akhirnya guek
diperebutkan” ahahaha, namun bahasa sok bijaksana keluar “ehm, yang di sini 3
orang aja
kasihan sama peziarah yang lain kehabisan jasa pembersih makam” *ketatin dasi
:p. Gak butuh waktu lama buat mereka untuk membersihkan 1 kuburan. Yah namanya
juga kuburan yang ukurannya 2 x 1 m sebesar apa coba. Setelah bersih kinclong,
mereka berhambur tapi sebelumnya ada jasa donk ya. Dan entah mengapa pula hati
ini dengan mudah mengeluarkan uang pecahan 20 ribuan dan sontak mereka lari
dengan wajah girang sambil berkata “terima kasih kakak cantik” *fuih* *kayang
guek :p
Sebagaimana yang telah
disampaikan di atas tadi, saya gak tau apa rasa yang menggelayut namun kala itu
sepanjang ingatan ku yang terbatas ini, ada 1 buah surat yassin yang emang
sudah disediakan di tas, tak seperti biasa. Ya, tak seperti biasa memang yassin,
bunga, air bunga kala itu telah saya persiapkan terlebih dahulu. Tak seperti
biasa memang mata ini telah berkunang hanya baru melihat papan nisan. Tak seperti
biasa memang bibir ini dengan mudah mengucapkan Oma tepat di depan nisannya
sambil mengusap papan nisan. Tak seperti biasa memang dengan mudah rintihan air
mata keluar dan tak seperti biasa memang di dalam keadaan orang yang ramai saya
hanya merasa sendiri disana, tampak jelas memang orang di hadapan mata yang
seliweran namun ntah mengapa semuanya seperti tak terlihat. Ntahlah, tak
seperti biasa memang saya membaca yassin di pemakaman, Ya, tak seperti biasa
memang.
Apa yang saya rasakan kala
itu saya tidak pernah tahu, sampai tulisan ini terbit saya hanya mampu menduga
apakah ini rasa rindu dan rasa takut. Mungkin rindu, ya rindu. Oma meninggal
saat aku berada di kelas 2 SD, kala itu oma sedang berada di rumah angku di
medan *angku = kakek dalam bahasa minang* namun ternyata sakit. Kalau aku pikir
sekarang, padahal oma hanya mendera penyakit suka buang air besar namun fesesnya
itu cair *mencret* namun itu pula yang membawanya pergi. Dan sosok sally kelas
2 sd itu, ketika mendengar oma meninggal tiada rasa apapun, aku malah senang
karena kami pergi ke medan. Sally kecil tidak pernah paham apa arti “ditinggalkan”.
Aku masih ingat dengan jelas bagaimana ekspresi aku dan adik ku yang girang
karena kami akan ke medan sedang kakak ku menangis dan bila aku mengingat hal
tersebut itulah yang menjadi satu penyeselan terbesar dalam hidup. Ntahlah,
mengapa sally kecil belum mengerti artinya ditinggalkan untuk selamanya,
mengapa sally kecil bersontak gembira kala ditinggalkan dan mengapa sampai
detik di post kan tulisan ini Oma pun tak pernah kunjung hadir di mimpi sebagai
bunga tidur yang indah untuk sekedar menyapa. Dan mungkin itu pula alasan
mengapa aku sering hadir di kuburan tersebut terlebih lagi sally dewasa sangat
paham yang namanya “ditinggalkan-meninggalkan”.
Dan rasa terakhir itu
mungkin Takut. Ya saya takut, saya takut bila akhirnya pula di waktu yang telah
dipersiapkan saya juga akan merasakan hal yang sama. Nantinya, anak cucu saya
lah yang bergantian menyekar kuburan saya dan saya hanya sendiri di dalam sana.
Entah terang atau gelap kuburan saya nanti. Ntah cukup ataupun tidak bekal yang
saya bawakan. Ntah tersiksa atau tidak saya di dalam sana. Namun yang pasti,
saat tepat berada tepat disebelah makam tersebut saya membaca yassin sambil
meluapkan kedua rasa tersebut melalui rintihan air mata. Sebagaimana yang saya
sampaikan di atas, tak seperti biasa memang, membaca yassin di makam. Karena saya
ingat betul pesan dari salah seorang guru . bapak tersebut menyampaikan dengan
lantang “ dimakam kok baca yassin, ya yassinan di rumah. Ke makam itu hanya
untuk mengingatkan bahwa sebenarnya hidup itu sementara dan kita bakal
kekal abadi disana, jadi kalau mau “ngirim doa (yassin)” untuk orang yang telah
mendahului bisa di rumah’’. Namun, memang tak seperti biasa....
Living alone here in this place
I think of you and I’m not afraid
Your favorite records make me feel better
‘Cause you sing along with every song
I know you didn’t mean
To give them to me
But you went away
How dare you? I miss you
They say I’ll be okay
But I’m not going to ever get over you
It really sinks in, you know
When I see it in stone
Over You – Miranda Lambert
Tak seperti biasa memang, terdiam merindu sosok mu. Tak seperti biasa memang air mata ini pecah saat mengingat dengan jelas sosok mu yang lemah lembut, penuh dengan kasih sayang. Tak seperti biasa memang aku benar-benar ingin bertemu lagi dengan mu dan Tak seperti biasa memang aku benar benar sangat merindukan mu...
Komentar
Posting Komentar