Langsung ke konten utama

Tradisi Menyambut Ramadhan *part 1* ( Tak Biasa Memang )



Hai, Hallo, Apa kabar ? :D

Sudah lewat rasanya seminggu ini, ramadhan hadir. Tapi suka bergumam sendiri, apa sudah maksimal ibadahnya ? apa sudah maksimal doanya ? apa sudah ach apa apa dan apa ? Masih ingat kata-kata murabbi kalau sudah masuk ramadhan, kakak tersebut suka bilang "Ramadhan itu bulan pembelajaran, dan bulan penentuan bagaimana kita di bulan-bulan selanjutnya". So, Ganbatte ngejalaninya semoga jadi lebih baik lagi. Aamiin 

Ceritannya teringat dengan beberapa hari sebelum masuk ramadhan. Yah, padahal mau ngepostnya pas bertepatan dengan hari dimana kejadian berlangsung. Ya, namanya juga manusia suka lalai, suka lupa dan paling utama suka malas. Eits, manusia itu saya kok :D. Jadi, maafkan keterlambatan posting atau postingan sudah basi, kalau itu mah saya persilahkan untuk para reader yang menilai *piss*

Kuburan ? kata pertama yang terlintas pasti sepi atau gak angker. Yah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), Kuburan adalah tempat memakamkan (mayat); pekuburan. Yah, Kuburan atau pemakaman atau Tempat Pemakaman Umum ( TPU) merupakan rumah abadi manusia setelah waktu hidup di dunia sudah berakhir dan dalam kondisi yang sangat biasa daerah ini sepi dan terkadang lebih banyak angkernya. Pemikiran Sally kecil, kuburan itu tempat hantu-hantu jadi gak perlu di datengi ntar ada yang gentayangan terus ngikut sampai ke rumah dan ngawani tidur. Ach, memang sedari kecil sudah tampak imajinasi alaynya. wkwkwk 

Namun berbeda apabila Ramadhan tiba, Kuburan dipenuhi dengan para peziarah sampai-sampai kadang peziarah lebih banyak dari pengunjung Mall-Mall besar wkwk, Khususnya untuk kota besar seperti Medan. Ceritanya sebelum saya kembali ke kota Perantauan, Ibu saya sudah berulang kali untuk mengingatkan jangan lupa berziarah ke kuburan Oma *Oma adalah ibu dari ibu saya*. Jadi, setelah mengikuti Ujian yang selalu saja  menghampiri di sabtu ceria, saya pergi untuk menunaikan tugas dari ibu dan tanda bakti cucu pada neneknya. *Sedaap*

Sebenarnya saya tidak tahu pasti mengapa sebelum menyambut ramadhan kita kuduk ziarah dulu. Tapi ntah itu tradisi di keluarga saya atau bagaimana namun satu hal yang pasti saya selalu melakukan kegiatan itu dari kecil. Sesuai dengan yang saya pahami, berziarah itu bertujuan untuk mengingatkan kita bahwa hidup di dunia hanya sementara ringkasnya biar kita tetap kuduk ingat dengan yang namanya MATI !! Setelah googling keberapa link juga gak nemu alasan yang syar'i mengapa wajib berziarah, sebelum atau sesudah ramadhan. Tapi kalau dulu ditanya alasan mengapa mesti berziarah sebelum dan sesudah ramadhan konon katatanya sebelum ramadhan orang - orang yang sudah mendahului kita datang berkunjung kerumah setelah itu katanya kalau dilihatnya anak cucu keturunan gak ada yang ingat dengan mereka, mereka sedih. Jadi, kita mesti datang supaya mereka gak sendiri, begitu dongeng yang diceritakan Alm Nenek ketika saya kecil dulu. Jadi, bisa disimpulkan itu kewajiban akibat tradisi. Saya pun tidak pernah memahami mengapa Nenek ketika itu mengungkapkan alasan demikian. Tapi satu yang saya pahami, maksud nenek mungkin supaya saya tidak lupa untuk mendoakan para yang terdahulu.  

Apapun alasannya, Sore sabtu saya telah mendarat di makam Oma. Beberapa dari orang sekitar juga sudah banyak yang menganali saya. Oma di makamkan di Medan, padahal kami sendiri tidak ada yang menetap di Medan. Dulu sebelum Oma meninggal, iya berpesan pada ibu "Di mana bumi di pijak, Di situ langit di jinjing". Jadi, ketika detik-detik Oma meninggal, iya sedang berdomisili di Medan dirumah ponaannya setelah itu sakit dan wafat. Dan akhirnya makamnya terpisah dari dimana kami tinggal. Alhamdulillah, sore panas kala itu yang sangat sengat menggelayut bumi Medan dan taraaa sampai di pemakaman umum daerah Halat yang saya rasa pemakaman tersebut pemakaman terbesar di Medan, suasananya luar biasa seperti berdiri di Mall-Mall besar, Ramai tenan rek *fuih*
suasana disekitaran makam oma
Sepanjang perjalanan menuju pemakaman umum tersebut, ntah apa yang dirasa. Namun yang pasti, sampai di kuburan saya salah markir *jroji* mungkin karena terlalu ramai haha. Sebenarnya tidak pun menyambut ramadhan saya sering kesana, apalagi hari jum’at atau apalagi kala rindu bersemi terus galau haha. Mungkin karena itu pula, orang yang berada di sekitar pemakaman bisa dengan mudah mengenali dan mereka juga heran mengapa aku markir di tempat yang tak biasanya. Waktu sampai di pemakaman aku bingung, bingung banyak orang, tambah lagi banyak sekali orang yang berjualan di sana, entah itu berjualan bunga ataupun air bunga untuk disiram di atas kuburan sampai penjualan makanan yang bersusun rapi di pinggir pemakaman tempat biasa memarkirkan kendaraan. *fuih*
Setelah melompati parit kecil, dan melongok kenapa ni papan nisan berubah nama *tuingtuing* yah, kepeleset guek salah euy. Jalan dikit dan sampai lah dikuburan yang emang dicari tapi sama segerombolan anak-anak SD yang mengais rejeki untuk beli baju hari raya kali yak. Dengan dialog bataknya mereka rebutan “udahlah aku aja yang di sini, ramai kali ini udah. Kalian pergi aja cari yang lain, iyakan kak ? *sambil negelengos ke muka guek. Dalam hati kala itu, ‘’hai, akhirnya guek diperebutkan” ahahaha, namun bahasa sok bijaksana keluar “ehm, yang di sini 3 orang aja kasihan sama peziarah yang lain kehabisan jasa pembersih makam” *ketatin dasi :p. Gak butuh waktu lama buat mereka untuk membersihkan 1 kuburan. Yah namanya juga kuburan yang ukurannya 2 x 1 m sebesar apa coba. Setelah bersih kinclong, mereka berhambur tapi sebelumnya ada jasa donk ya. Dan entah mengapa pula hati ini dengan mudah mengeluarkan uang pecahan 20 ribuan dan sontak mereka lari dengan wajah girang sambil berkata “terima kasih kakak cantik” *fuih* *kayang guek :p
Sebagaimana yang telah disampaikan di atas tadi, saya gak tau apa rasa yang menggelayut namun kala itu sepanjang ingatan ku yang terbatas ini, ada 1 buah surat yassin yang emang sudah disediakan di tas, tak seperti biasa. Ya, tak seperti biasa memang yassin, bunga, air bunga kala itu telah saya persiapkan terlebih dahulu. Tak seperti biasa memang mata ini telah berkunang hanya baru melihat papan nisan. Tak seperti biasa memang bibir ini dengan mudah mengucapkan Oma tepat di depan nisannya sambil mengusap papan nisan. Tak seperti biasa memang dengan mudah rintihan air mata keluar dan tak seperti biasa memang di dalam keadaan orang yang ramai saya hanya merasa sendiri disana, tampak jelas memang orang di hadapan mata yang seliweran namun ntah mengapa semuanya seperti tak terlihat. Ntahlah, tak seperti biasa memang saya membaca yassin di pemakaman, Ya, tak seperti biasa memang.
Apa yang saya rasakan kala itu saya tidak pernah tahu, sampai tulisan ini terbit saya hanya mampu menduga apakah ini rasa rindu dan rasa takut. Mungkin rindu, ya rindu. Oma meninggal saat aku berada di kelas 2 SD, kala itu oma sedang berada di rumah angku di medan *angku = kakek dalam bahasa minang* namun ternyata sakit. Kalau aku pikir sekarang, padahal oma hanya mendera penyakit suka buang air besar namun fesesnya itu cair *mencret* namun itu pula yang membawanya pergi. Dan sosok sally kelas 2 sd itu, ketika mendengar oma meninggal tiada rasa apapun, aku malah senang karena kami pergi ke medan. Sally kecil tidak pernah paham apa arti “ditinggalkan”. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana ekspresi aku dan adik ku yang girang karena kami akan ke medan sedang kakak ku menangis dan bila aku mengingat hal tersebut itulah yang menjadi satu penyeselan terbesar dalam hidup. Ntahlah, mengapa sally kecil belum mengerti artinya ditinggalkan untuk selamanya, mengapa sally kecil bersontak gembira kala ditinggalkan dan mengapa sampai detik di post kan tulisan ini Oma pun tak pernah kunjung hadir di mimpi sebagai bunga tidur yang indah untuk sekedar menyapa. Dan mungkin itu pula alasan mengapa aku sering hadir di kuburan tersebut terlebih lagi sally dewasa sangat paham yang namanya “ditinggalkan-meninggalkan”.
Dan rasa terakhir itu mungkin Takut. Ya saya takut, saya takut bila akhirnya pula di waktu yang telah dipersiapkan saya juga akan merasakan hal yang sama. Nantinya, anak cucu saya lah yang bergantian menyekar kuburan saya dan saya hanya sendiri di dalam sana. Entah terang atau gelap kuburan saya nanti. Ntah cukup ataupun tidak bekal yang saya bawakan. Ntah tersiksa atau tidak saya di dalam sana. Namun yang pasti, saat tepat berada tepat disebelah makam tersebut saya membaca yassin sambil meluapkan kedua rasa tersebut melalui rintihan air mata. Sebagaimana yang saya sampaikan di atas, tak seperti biasa memang, membaca yassin di makam. Karena saya ingat betul pesan dari salah seorang guru . bapak tersebut menyampaikan dengan lantang “ dimakam kok baca yassin, ya yassinan di rumah. Ke makam itu hanya untuk mengingatkan bahwa sebenarnya hidup itu sementara dan kita bakal kekal abadi disana, jadi kalau mau “ngirim doa (yassin)” untuk orang yang telah mendahului bisa di rumah’’. Namun, memang tak seperti biasa....
Living alone here in this place

I think of you and I’m not afraid
Your favorite records make me feel better
‘Cause you sing along with every song
I know you didn’t mean
To give them to me
But you went away
How dare you? I miss you
They say I’ll be okay
But I’m not going to ever get over you
It really sinks in, you know
When I see it in stone


 Over You – Miranda Lambert

                 Tak seperti biasa memang, terdiam merindu sosok mu. Tak seperti biasa memang air mata ini pecah saat mengingat dengan jelas sosok mu yang lemah lembut, penuh dengan kasih sayang. Tak seperti biasa memang aku benar-benar ingin bertemu lagi dengan mu dan Tak seperti biasa memang aku benar benar sangat merindukan mu...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gadis Ponorogo

Kalian pernah bertemu dengan seseorang yang sangat menginspirasi ? Apa ? Belum ? hahah. Berarti kalau githu, saya duluan. Maksudnya saya duluan bertemu dengan orang yang seperti itu tak kurang dari 30 hari. Eitss, ini bukan 30 hari mencari cinta, namun ini 30 hari mencari jati diri dengan tujuan luhur menjadi manusia yang hakiki dengan kepribadian yang tinggi :))) *Tampang kece :)  30 hari terakhir ini, saya sangat bersyukur. Dikelilingi oleh orang-orang yang luar biasa. Terkadang saya suka mikir, bahwa diri ini selalu jauh dari syukur nikmat. Ingin rasanya, mengulang ke waktu lalu dan manarik kembali kata-kata yang penuh dengan kepesimisan setelah bertemu dan berada pada lingkaran yang luar biasa ini. Terlalu banyak intro, takutnya jadi gak penting terus nambahin dosa para reader karena bersumpah serapah pada tulisan gak penting ini !! *Tampang kece lagee :))) Beberapa hari yang lalu, salah satu dari mereka sebut saja namanya melati. Eh salah dink, Namanya Trisna Ari Rosinta

Post Paksaan #Eh

Dapat mention dari nyonyah yang kini berbeda pulau :p, Kata nyonyah, suruh tulis 17 resolusi baru di 2017, tapi saya lelah mikir resolusi. Saya mah siapa, Ngejalani sesuai norma yang berlaku aja sudah syukur, boro-boro mikir resolusi, Hidup sudah berat nyah !! Ditambah tugas dari nyonyah jadi tambah berat. hahaha Setelah beradu pendapat sengit, bersama nyonyah dan tuan diputuskan kalau diganti dengan 17 fact about me, terus di screenshoot di I.G setelah itu mention orang yang diinginkan. Pertama, saya tak ingin me-mention karena tak ingin di-mention :p. Deadline 2 hari setelah mention untuk pem-blogger amatiran kayak sayah adalah tenggang waktu sekarat urat nadi *lebay. Tapi nyonyah dan tuan suka maksa, mention tidak berkesudahan, dari pada punisment mending ditulis aja apa maunya. Ini pernyataan gak penting yang gak perlu dibaca seharusnya :p 17 fakta Unik Sally !!  Mari Di Mulai .. Nama saya Sally Irvina Ritonga lahir di padang dan hasil persilangan gen bapak Iriansyah

Hari #1

Saya kira, menikmati makanan enak itu adalah hak bagi segenap manusia yang ada di muka bumi. Jangan takut kalau mau makan, jangan sok kayak model papan atas yang mewajibkan punya ukuran badan yang minimalis supaya indah di pandang. Tapi kan gak semua manusia punya tuntutan yang seperti demikian, contohnya saya ! kwkwkw  Bisa makan dengan nikmat, selain butuh uang untuk menyediakan hal tersebut kita juga butuh dana untuk merawat tubuh supaya tidak sakit. Coba bayangkan, andai tersedia jejeran makanan yang lezat nan nikmat kalau kita sendiri tidak dalam keadaan baik misal demam, meriang, menggigil bisa di pastikan makanan nikmat tersebut tiada artinya.  Nah, sekarang coba lagi diperhatikan setelah uang dan kesehatan, saat menikmati juga butuh teman biar bumbu di makanan yang tadinya kurang garam sedikit, atau kurang micin sedikit jadi makanan sempurna yang ketika di telan. Bak katanya, teman yang mendampingi itu seperti micin alami ciye ciye ciye  1. Uang  2. Kesehatan  3. Teman  Terakhi