Kalau di part 1 tradisi dari kebanyakan orang-orang di sepenjuru belahan nusantara Indonesia tercinta plus diakhir ditutup dengan sekelumit rasa yang nari-nari di hati saya, kalau dibagian kedua ini murni gak ada yang githu-githuan. hahaha *piss*
Di post-post sebelumnya telah saya jelaskan secara rinci silsilah saya. Kami (Ayah, mamak, kak ibi dan dek iman) adalah pendatang di daerah kecil penuh debu terletak di paling ujung Aceh yang bersebelahan dengan kawasan SUMUT sebut saja Aceh tamiang atau yang lebih terkenal di kuping-kuping pemirsa adalah kota Kuala Simpang. Biar kata kebanyakan orang di kuala simpang itu bersuku melayu atau lebih tepatnya kuala simpang ini tempat orang Aceh melayu, nahloh pikir sendiri *piss* maksudnya Acehnya gak kental-kental sekali dan bahasanya mudah dipahami terus orangnya gak kayak orang aceh yang kebanyakan yang dikenal Hi*am *mahap*, namun, kota ini juga salah satu bagian dari propinsi Aceh. Biar adatnya banyak yang berbeda tapi tenang kalau namanya Aceh mau di penjuru mana pun letaknya tapi masih dalam satu kawasan Aceh tetap kenal dengan tradisi MEUGANG.
Untuk lebih jelasnya tentang tradisi meugang di aceh ini, langsung saya copy dari link Banda aceh tourism :
Aceh punya tradisi unik yang tak ada di daerah lain dalam menyambut
bulan suci Ramadhan. Tradisi yang diperingati dua atau sehari jelang
puasa ini namanya makmeugang atau meugang; membeli daging, memasak dan
memakannya bersama keluarga.Warga berbondong-bondong ke pasar untuk beli daging, kemudian membawa
pulang ke rumah. Gantungan daging yang sudah disembelih, berjejer pada
kayu di lapak-lapak penjual daging yang khusus hari ini tumbuh menjamur
di sejumlah titik. Pemandangan unik ini bisa dijumpai diseluruh pelosok.
Tak heran bila saat meugang aktivitas sebagian warga lumpuh, karena
mereka larut dengan tradisi yang sudah turun temurun ini.
Meugang bukan hanya diperingati menjelang Ramadhan. Sehari jelang
Idul Fitri dan Idul Adha, tradisi ini tetap dilakoni warga Aceh. Tapi
meugang puasa selalu lebih meriah, karena Ramadhan punya arti sendiri
bagi masyarakat Serambi Mekkah.“Kalau dulu di kampung-kampung, jauh hari sebelum bulan puasa
masyarakat sudah membersihkan halaman rumah dan mencari kayu bakar ke
gunung untuk bahan bakar memasak hari meugang dan puasa,” kata Ketua
Majelis Adat Aceh, Badruzzaman Ismail.
Menurut riwayat meugang pertama sekali diperingati pada masa Kerajaan
Aceh Darussalam dipimpin Sultan Iskandar Muda yang berkuasa tahun
1607-1636 M. Istilah makmeugang diatur dalam Qanun Meukuta Alam Al Asyi
atau Undang-Undang Kerajaan. Kerjaaan memerintah perangkat desa mendata warga miskin, kemudian
diverifikasi oleh lembaga resmi (Qadhi) kesultanan untuk memilih yang
layak menerima daging. Sultan kemudian memotong banyak ternak, dagingnya
dibagikan kepada mereka secara gratis. “Ini sebagai wujud rasa syukur
atas kemakmuran kerajaan, raja mengajak rakyatnya ikut bergembira
menyambut puasa,” ujarnya. Ketika Belanda menginvasi Aceh sejak 1873, kerajaan kalah dan
bangkrut. Rakyat Aceh tetap memperingati tradisi dengan membeli sendiri
daging. Tradisi ini bertahan hingga kini. “Meugang memiliki makna ganda.
Selain silaturrahmi juga sebagai wujud rasa gembira menyambut bulan
suci.” [Salman Mardira]
Nah, saya dan keluarga yang aslinya gak ada keturunan Aceh pun ikut melaksanakan tradisi ini. Jadi, kalau mau nyambut ramadhan itu di Aceh kami melaksanakan Meugang tapi kalau sedang berada di kampung ( di baca Siantar ) biasa ada satu tradisi daerah setempat wabilkhusus ini untuk daerah SUMUT namanya "Mandi air Pangir / Panger" mandi air rebusan beberapa daun-daun yang wangi misalnya daun pandan, daun serei trus ada daun ani. Dan kalau sedang berada di Aceh tapi Ayah dan Ibu rindu untuk mandi pangir, biasanya dia berkeliling mencari di pajak Aceh, tapi hasilnya nihil. Walhasil biasa Ayah selalu menyempatkan untuk menelpon atau meminta bantuan atau langsung datang mencarinya ke daerah SUMUT untuk bisa pangiran (mandi air pangir). Sedang saya sendiri, atas nama bauk-bauk daun wangi tidak suka. Menurut sally kecil hingga sekarang, bauk air pangir seperti bauk jenazah jadi dari pada dianggap mayat berjalan, terus jadi horor dengan diri sendiri ya mendingan gak usah :p *kikik kikik kikik
H-1 sebelum ramadhan biasa disebut dengan hari meugang. Dipastikan setiap pasar pasti akan ramai dengan pedagang dadakan yang menjajakkan daging lembu. Namun, untuk kami yang tinggal di daerah jalan Rantau dan sekitarnya gak perlu repot sampai ke pasar karena disekitaran kami juga banyak yang "motong" lembu. Namun sekali lagi, siapa cepat dia dapat. Nah, tempat kedua yang ramai setelah pedagang daging adalah pedagang bumbu. Biasanya daging-daging tersebut akan diolah menjadi rendang, atau kalau orang Aceh sendiri, daging akan dimasak "gulai putih" atau "daging kuah". Dan biasanya tulang-tulangnya akan di olah menjadi Soup. Walhasil, pedagang bumbu pun gak kalah padatnya. Soalnya ibu-ibu sekarang gak mau repot, beli aja di tukang bumbu langganan dan gak pakai acara repot lagi menggiling cabe atau bawang-bawangan . hahaha
suasana penjualan daging di pasar daging dadakan Kuala simpang |
Meugang kali ini, anak mamak saya sudah pada gadis. Jadi kata mamak dia sudah gak mau lagi turun tangan ke dapur. Sedang saya sendiri malas masak karena tepat sehari sebelum meugang baru mendarat di rumah tambah lagi gak bisa ngejalani puasa pertama karena tamu bulanan sudah hadir dan yag paling utama adalah penyakit malas yang telah bersarang di diri pun keluar dengan seketikanya. Sedang kakak saya, tepat di hari meugang di jadwalkan dinas. Yah, kakak saya yang berprofesi sebagai tenaga medis di rumah sakit pemerintah di kota kecil ini pun tidak mampu membantu banyak. Ia berkata, aku hanya bisa membantu mu dengan cara berdoa. *fuih
Okay, kalau cuma mau masak-masak aja mah gampang. Dan saya telah tekannkan pada mamak untuk tidak memasak hal yang aneh. Oh ya, Meugang tahun ini kami gak beli daging, karena adek bungsu saya yang fresh graduated itu telah bekerja di sekolah SMK dan emang rejeki gak kemana, si guru muda yang baru hanya beberapa bulan bertugas pun dipilih menjadi salah satu panitia "motong daging meugang" disekolahnya. Sudah bisa kebayang kan, selain mendapat jatah daging sebagai guru, adek pun mendapat jatah sebagai panitia jadi dagingnya itu double-double hahaha. Daging telah bertengger rapi di freezer kulkas, bumbu telah tersedia tinggal di cemplung ke kuali tapiii hasrat hati untuk memulai belum ada. *kayang
Suara mamak yang begitu nyaring berulang kali terdengar. "selly, mau jam brp lagi masaknya ? " begithulah ujarnya terus menerus sampai ia bosan dan merajuk masuk kamar gak mau menggubrisnya lagi. Emang dasar anak luar biasa. Dibenak saya kala itu , kan gak mau masak aneh-aneh jadi gak mesti cepat-cepat kali juga ya kan ngejainnya. hahaha. Sifat anak tengah si "pekerja last minute" cukup sangat termaktub agaknya di diri saya. Dan, setelah ashar baru lari pontang panting ke dapur trus grasak gresuk cari dagingnya, cari bumbu dan cari panci. Tapi, taraaaaaa daging belum di potong-potong kecil *fuih
Bukan sally namanya, kalau tidak banyak ide liciknya wkwkwk. Saya masih ingat jelas, daging yang masih setengah beku tersebut saya potong-potong kecil dan saya katakan pada kakak yang pada saat itu telah berada dirumah untuk merebusnya. Tapi biasa, dia selalu saja mengatakan "aku gak biasa megang yang begituan, jadi ini ku serahkan padamu" sekarang aku bantu ngerajang sayur saja. Lalu saya pergi ke kamar, dan bertanya pada mamak, mau masak apa ? dengan gaya yang lumayan songong ibu saya hanya mengatakan "terserah mu" hauahahaha. *mamak merajok*
Kalau cuma sekedar masak mah gampang, tidak sampai 2 jam semua masakan telah terhidang dengan indah. Soup daging yang dilengkapi dengan wortel, kentang dan potongan daun bawang yang di atasnya di taburi bawang goreng dan tak lupa sambal kecap yang maknyooosssnya luar biasa. Selanjutnya ada ayam goreng yang dilumuri oleh bumbu-bumbu yang kaya dengan rempang digoreng garing yang apabila di makan akan bunyi kriuk kriuk. Selanjutnya ada ikan gembung asin yang di padukan dengan lemak dan pedasnya irisan cabai hijau yang ditumis menggunakan terasi sebagai pewangi yang menakjubkan *ngilerr guekkk
Sebenarnya untuk masak sendiri, bukan perkara sulit. Dapat titisan pintar masak dari mamak. Yang kalau udah masak, sebentar saja lewattt. Itu terbukti, mamak acak sekali di jadikan juru masak kalau sedang ngumpul keluarga apalagi kalau hari raya tiba. Ntar, saya post hidangan lebaran dirumah yang luar biasa sekaliiii. Jadi perkara masak memasak itu bukan hal yang sulit *sombong*. Masakan itu langsung di santap, dengan lahap terutama saya sendiri. Saya saja belum pernah merasakan soup yang seenak saya buat, coba anda bayangkan ibu saya yang tadinya merajuk sanggup tersenyum simpul saat mencicipi makanan yang saya masakk. Luar biasaaa
Meugang kali ini beda, Meugang kali ini anak mamak udah tamat kuliah dan udah pada kerja. Alhamdulillah. :D. Sambil begaya mentiko, dan dengan nada lembut aku berkata tepat ditelinganya " Kalau masaknya sudah sehebat ini, sudah bisakan kalau mau nikah " hahaha. Mamak yang kala itu mendengar, dengan gaya yang cool hanya berkata "Nikah terus, nikah. Mamak pun sudah pengen punya menantu " huahua langsung di sambung dengan gelak tawa luar biasa dan suara yang sedikit menjerit "kakakkkk pertamaaaaa, Lanjutkan ". hahaha. Hai Ramadhan, Kami tunggu kehadiran mu dengan hati gembira...
Beberapa masakan yang di santap sebagai makanan di hari meugang dan sebagai hidangan di sahur pertama :D
Soup Daging |
Ayam goreng |
Tumis ikan Gembung cabe hijau |
Sambal kecap |
SANGAT MEWAH
BalasHapus